Gadis SMP Keluar Darah di vagina Saat Setubuh" Ah..Ah..Ah Mas Kau Ambil Keperawananku... CLICK DISINI......

Rabu, 25 Mei 2011

nonton istri dientot orang

FOTO - FOTO BUGIL BUNGA CITRA LESTARI TERBARU

VIDEO PORN JULIA PEREZ

FOTO - FOTO BUGIL AGNES MONICA TERPANAS

VIDEO MESUM TERBARU SISWI SMU PONOROGO

Lihat Istri Dientot Orang Cerita Seru Panas  kumpulan pencarian yang berhubungan dengan lihat istri dientot orang cerita seru panas 0 di halaman pecarian kumpulan pada Cerita Dewasa Lihat Istri Dientot Orang27 Mar 2011 ... Cerita Dewasa Lihat Istri Dientot Orang cewek bugil bokep: Nikmat lihat istriku dientot orang di lubang anusNikmat lihat istriku dientot orang di lubang anus. Dalam setahun belakangan ini, aku selalu mengungkapkan fantasiku ini saat berada di atas ranjang dan diaNonton Istri Dientot Orang nonton istri dientot orang.Cerita dewasa lihat istri dientot orangP 'lihat istri dientot orang' istriku dientot orang , cerita Lihat Istri Dientot Orang Cerita Seru Panas  Terbaru 2011 2012 Lihat Istri Dientot Orang Cerita Seru Panas - aku sangat bergairah untuk pergi meskipun dia merasa khawatir bertemu dengan rekan rekan kerja Cerita Senang Lihat Istri Dientot Orang Kumpulan Informasi Dan Artikel Tentang cerita senang lihat istri dientot orang Ataupun info tentang cerita senang lihat istri dientot orang atau kata kunci Lihat Istri Dientot Orang Group Title: cerita pemerkosaan sadis diperkosa rame rame suka lihat istri selingkuh dientotNafsu Lihat Istriku Dientot Orang Lain cerita pemerkosaan sadis diperkosa rame rame suka lihat istri selingkuh dientot orang lain senggama bertiga lewat lubang pantat anus dubur istriku dientot orang lain "Buat mas Toni juga makasih mas" jawab. nafsu lihat isri di i banyak lelakicerita 17tahun cerita foto istriku dientot orang Semalam, kami mengundang ...

Sebut saja namaku Paul. Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan di kota Semarang, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Sebetulnya aku sudah menikah, bahkan rasanya istriku tahu akan hobiku mencari daun-daun muda untuk “obat awet muda”. Dan memang pekerjaanku menunjang untuk itu, baik dari segi koneksi maupun dari segi finansial. Namun semenjak istriku tahu aku memiliki banyak sekali simpanan, suatu hari ia meninggalkanku tanpa pamit. Biarlah, malah aku bisa lebih bebas menyalurkan hasrat.

Karena pembantu yang lama keluar untuk kawin di desanya, aku terpaksa mencari penggantinya di agen. Bukan saja karena berbagai pekerjaan rumah terbengkalai, juga rasanya kehilangan “obat stress”. Salah seorang calon yang menarik perhatianku bernama Lasmi, baru berusia (hampir) 16 tahun, berwajah cukup manis, dengan lesung pipit. Matanya sedikit sayu dan bibirnya kecil seksi. Seandainya kulitnya tidak sawo matang (meskipun bersih dan mulus juga), dia sudah mirip-mirip artis sinetron. Meskipun mungil, bodinya padat, dan yang terpenting, dari sikapnya aku yakin pengalaman gadis itu tidak sepolos wajahnya. Tanpa banyak tanya, langsung dia kuterima.

Dan setelah beberapa hari, terbukti Lasmi memang cukup cekatan mengurus rumah. Namun beberapa kali pula aku memergokinya sedang sibuk di dapur dengan mengenakan kaos ketat dan rok yang sangat mini. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, aku mendekat dari belakang dan kucubit paha gadis itu. Lasmi terpekik kaget, namun setelah sadar majikannya yang berdiri di belakangnya, ia hanya merengut manja.

Sore ini sepulang kerja aku kembali dibuat melotot disuguhi pemandangan yang ‘menegangkan’ saat Lasmi yang hanya berdaster tipis menungging sedang mengepel lantai, pantatnya yang montok bergoyang kiri-kanan. Tampak garis celana dalamnya membayang di balik dasternya. Tidak tahan membiarkan pantat seseksi itu, kutepuk pantat Lasmi keras-keras.

“Ngepel atau nyanyi dangdut sih? Goyangnya kok merangsang sekali!” Lasmi terkikik geli mendengar komentarku, dan kembali meneruskan pekerjaannya. Dengan sengaja pantatnya malah digoyang semakin keras.

Geli melihat tingkah Lasmi, kupegang pantat gadis itu kuat-kuat untuk menahan goyangannya. Saat Lasmi tertawa cekikikan, jempolku sengaja mengelus selangkangan gadis itu, menghentikan tawanya. Karena diam saja, perlahan kuelus paha Lasmi ke atas, menyingkapkan ujung dasternya.”Eh… Mas… jangan..!” cegah Lasmi lirih.
“Nggak pa-pa, nggak usah takut, Las..!”
“Jangan, Mas… malu… jangan sekarang..!”
Dengan tergesa Lasmi bangkit membereskan ember dan kain pel, lalu bergegas menuju ke dapur.

Malam harinya lewat intercom aku memanggil Lasmi untuk memijat punggungku yang pegal. Seharian penuh bersidang memang membutuhkan stamina yang prima. Agar tenagaku pulih untuk keperluan besok, tidak ada salahnya memberi pengalaman pada orang baru.

Gadis itu muncul masih dengan daster merah tipisnya sambil membawa minyak gosok. Lasmi duduk di atas ranjang di sebelah tubuhku.
Sementara jemari lentik Lasmi memijati punggung, kutanya, “Las, kamu sudah punya pacar belum..?”
“Disini belum Mas…” jawab gadis itu.
“Disini belum..? Berarti di luar sini sudah..?”
Sambil tertawa malu-malu gadis itu menjawab lagi, “Dulu di desa saya pernah, tapi sudah saya putus.”
“Lho, kenapa..?”
“Habis mau enaknya saja dia.”
“Mau enaknya saja gimana..?” kejarku.
“Eh… itu, ya… maunya ngajak gituan terus, tapi kalau diajak kawin nggak mau.”

Aku membalikkan badan agar dadaku juga turut dipijat.
“Gituan gimana? Memangnya kamu nggak suka..?”
Wajah Lasmi memerah, “Ya… itu… ngajak kelonan… tidur telanjang bareng…”
“Kamu mau aja..?”
“Ih, enggak! Kalau cuma disuruh ngemut burungnya saja sih nggak pa-pa. Mau sampai selesai juga boleh. Tapi yang lain Lasmi nggak mau..!”
Aku tertawa, “Lha apa nggak belepotan..?”
“Ah, enggak. Yang penting Lasmi juga puas tapi tetep perawan.”

Aku semakin terbahak, “Kalau kamu juga puas, terus kenapa diputus..?”
“Abis lama-lama Lasmi kesel! Lasmi kalau diajak macem-macem mau, tapi dia diajak kawin malah main mata sama cewek lain! Untung Lasmi cuma kasih emut aja, jadi sampai sekarang Lasmi masih perawan.”
“Main emut terus gitu apa kamu nggak pengin nyoba yang beneran..?” godaku.
Wajah Lasmi kembali memerah, “Eh… katanya sakit ya Mas..? Terus bisa hamil..?”

Kini Lasmi berlutut mengangkangi tubuhku sambil menggosokkan minyak ke perutku. Saat gadis itu sedikit membungkuk, dari balik dasternya yang longgar tampak belahan buah dadanya yang montok alami tanpa penopang apapun.
Sambil tanganku mengelus-elus kedua paha Lasmi yang terkangkang, aku menggoda, “Kalau sama Mas, Lasmi ngasih yang beneran atau cuma diemut..?”
Pipi Lasmi kini merah padam, “Mmm… memangnya Mas mau sama Lasmi? Lasmi kan cuma pembantu? Cuma pelayan?”
“Nah ini namanya juga melayani. Iya nggak?”
Lasmi hanya tersenyum malu.

“Aaah! Itu kan cuma jabatan. Yang penting kan orangnya..!”
“Ehm.., kalau hamil gimana..?”
“Jangan takut Las, kalau cuma sekali nggak bakalan hamil. Nanti Mas yang tanggung jawab..”
Meskipun sedikit ragu dan malu, Lasmi menuruti dan menanggalkan dasternya.

Sambil meletakkan pantatnya di atas pahaku, gadis itu dengan tersipu menyilangkan tangannya untuk menutupi kemontokan kedua Toket nya. Untuk beberapa saat aku memuaskan mata memandangi tubuh montok yang nyaris telanjang, sementara Lasmi dengan jengah membuang wajah. Dengan tidak sabaran kutarik pinggang Lasmi yang meliuk mulus agar ia berbaring di sisiku.

Seumur hidup mungkin baru sekali ini Lasmi merasakan berbaring di atas kasur seempuk ini. Langsung saja kusergap gadis itu, kuciumi bibirnya yang tersenyum malu, pipinya yang lesung pipit, menggerayangi sekujur tubuhnya dan meremas-remas kedua Toket nya yang kenyal menggiurkan. Puting susunya yang kemerahan terasa keras mengacung. Kedua payudara gadis itu tidak terlalu besar, namun montok pas segenggaman tangan. Dan kedua bukit itu berdiri tegak menantang, tidak menggantung. Gadis desa ini memang sedang ranum-ranumnya, siap untuk dipetik dan dinikmati.

“Mmmhh… Oh! Ahhh! Oh… Mas… eh.. mmm… burungnya… mau Lasmi emut dulu nggak..?” tanya gadis itu diantara nafasnya yang terengah-engah.
“Lepas dulu celana dalam kamu Las, baru kamu boleh emut.”
Tersipu Lasmi bangkit, lalu memelorotkan celana dalamnya hingga kini gadis itu telanjang bulat. Perlahan Lasmi berlutut di sisiku, meraih Kontol ku dan mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Sambil menyibakkan rambutnya, gadis itu sedikit terbelalak melihat besarnya Kontol ku. Mungkin ia membayangkan bagaimana benda berotot sebesar itu dapat masuk di tubuhnya.

Aku segera merasakan sensasi yang luar biasa ketika Lasmi mulai mengulum Kontol ku, memainkan lidahnya dan menghisap dengan mulut mungilnya sampai pipinya ‘kempot’. Gadis ini ternyata pintar membuat Kontol ku cepat gagah.
“Ehm… srrrp… mmm… crup! Ahmm… mmm… mmmh..! Nggolo (Mas)..! Hangang keyas-keyas (jangan keras-keras)..! Srrrp..!”
Gadis itu tergeliat dan memprotes ketika aku meraih Toket nya yang montok dan meremasinya. Namun aku tak perduli, bahkan tangan kananku kini mengelus belahan pantat Lasmi yang bulat penuh, terus turun sampai ke bibir Memek nya yang masih jarang-jarang rambutnya. Maklum, masih perawan.

Gadis itu tergelinjang tanpa berani bersuara ketika jemariku menyibakkan bibir Memek nya dan menelusup dalam Memek nya yang masih perawan. Merasa Kontol ku sudah cukup gagah, kusuruh Lasmi mengambil pisau cukur di atas meja, lalu kembali ke atas ranjang. Tersipu-sipu gadis perawan itu mengambil bantal berusaha untuk menutupi ketelanjangannya.

Malu-malu gadis itu menuruti perintah majikannya berbaring telentang menekuk lutut dan merenggangkan pahanya, mempertontonkan rambut Memek nya yang hanya sedikit. Tanpa menggunakan foam, langsung kucukur habis rambut di selangkangan gadis itu, membuat Lasmi tergelinjang karena perih tanpa berani menolak. Kini bibir Memek Lasmi mulus kemerahmerahan seperti Memek seorang gadis yang belum cukup umur, namun dengan payudara yang kencang.

Dengan sigap aku menindih tubuh montok menggiurkan yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun itu. Tersipu-sipu Lasmi membuang wajah dan menutupi Toket nya dengan telapak tangan. Namun segera kutarik kedua tangan Lasmi ke atas kepalanya, lalu menyibakkan paha gadis itu yang sudah mengangkang. Pasrah Lasmi memejamkan mata menantikan saatnya mempersembahkan keperawanannya.

Gadis itu menahan nafas dan menggigit bibir saat jemariku mempermainkan bibir Memek nya yang basah terangsang. Perlahan kedua paha mulus Lasmi terkangkang semakin lebar. Aku menyapukan ujung Kontol ku pada bibir Memek gadis itu, membuat nafasnya semakin memburu. Perlahan tapi pasti, Kontol ku menerobos masuk ke dalam kehangatan tubuh perawan Lasmi. Ketika selaput dara gadis manis itu sedikit menghalangi, dengan perkasa kudorong terus, sampai ujung Kontol ku menyodok dasar liang Memek Lasmi. Ternyata Memek gadis ini kecil dan sangat dangkal. Kontol ku hanya dapat masuk seluruhnya dalam kehangatan keperawanannya bila didorong cukup kuat sampai menekan dasar Memek nya. Itu pun segera terdesak keluar lagi.

Lasmi terpekik sambil tergeliat merasakan pedih menyengat di selangkangannya saat kurenggutkan keperawanan yang selama ini telah dijaganya baik-baik. Tapi gadis itu hanya berani meremas-remas bantal di kepalanya sambil menggigit bibir menahan sakit. Air mata gadis itu tak terasa menitik dari sudut mata, mengaburkan pandangannya. Lasmi merintih kesakitan ketika aku mulai bergerak menikmati kehangatan Memek nya yang serasa ‘megap-megap’ dijejali benda sebesar itu. Namun rasa sakit dan pedih di selangkangannya perlahan tertutup oleh sensasi geli-geli nikmat yang luar biasa.

Tiap kali Kontol ku menekan dasar Memek nya, gadis itu tergelinjang oleh ngilu bercampur nikmat yang belum pernah dirasakannya. Kontol ku bagai diremas-remas dalam liang Memek Lasmi yang begitu ‘peret’ dan legit. Dengan perkasa kudorong Kontol ku sampai masuk seluruhnya dalam selangkangan gadis itu, membuat Lasmi tergelinjang-gelinjang sambil merintih nikmat tiap kali dasar Memek nya disodok.

“Ahh… Mas..! Aa… ah..! Aaa… ahk..! Oooh..! Mas… Lasmi pengen… pih… pipiiis..!
Aaa… aahh..!”
Sensasi nikmat luar biasa membuat Lasmi dengan cepat terorgasme.
“Tahan Las! Kamu nggak boleh pipis dulu..! Tunggu Mas pipisin kamu, baru kamu boleh pipis..!”
Dengan patuh Lasmi mengencangkan otot selangkangannya sekuat tenaga berusaha menahan pipis, kepalanya menggeleng-geleng dengan mata terpejam, membuat rambutnya berantakan, namun beberapa saat kemudian…
“Nggak tahan Mas..! Ngh…! Ngh…! Ngggh! Aaaiii… iik..! Aaa… aaahk..!” Tanpa dapat ditahan-tahan, Lasmi tergelinjang-gelinjang di bawah tindihanku sambil memekik dengan nafas tersengal-sengal.
Toket nya yang bulat dan kenyal berguncang menekan dadaku saat gadis itu memeluk erat tubuh majikannya, dan Memek nya yang begitu rapat bergerak mencucup-cucup.

Berpura-pura marah, aku menghentikan genjotannya dan menarik Kontol ku keluar dari tubuh Lasmi.
“Dibilang jangan pipis dulu kok bandel..! Awas kalau berani pipis lagi..!” Tampak Kontol ku bersimbah cairan bening bercampur kemerahan, tanda gadis itu betul-betul masih perawan. Gadis itu mengira majikannya sudah selesai, memejamkan mata sambil tersenyum puas dan mengatur nafasnya yang ‘senen-kamis’. Di pangkal paha gadis itu tampak juga darah perawan menitik dari bibir Memek nya yang perlahan menutup.

Aku menarik pinggang Lasmi ke atas, lalu meMasng sebuah bantal empuk ke bawah pantat Lasmi, membuat tubuh telanjang gadis itu agak melengkung karena pantatnya diganjal bantal. Tanpa basa-basi kembali kutindih tubuh montok Lasmi, dan kembali kutancapkan Kontol ku dalam liang Memek gadis itu. Dengan posisi pantat terganjal, klentit Lasmi yang peka menjadi sedikit mendongak. Sehingga ketika aku kembali melanjutkan tusukanku, gadis itu tergelinjang dan terpekik merasakan sensasi yang bahkan lebih nikmat lagi dari yang barusan.

“Mau terus apa brenti, Las..?” godaku.
“Aii… iih..! He.. eh..! Terus Mas..! Enak..! Enak..! Aahh… Aiii… iik..!”
Tubuh Lasmi yang montok menggiurkan tergelinjang-gelinjang dengan nikmat dengan nafas tersengal-sengal diantara pekikan-pekikan manjanya.
“Ooo… ohh..! Maso.., Lasmi pengen pipis.. lagiii… iih..!”
“Yang ini ditahan dulu..! Tahan Las..!”
“Aa.. aak..! Ampuuu… unnhh..! Lasmi nggak kuat… Maso..!”
Seiring pekikan manjanya, tubuh gadis itu tergeliat-geliat di atas ranjang empuk.

Pekikan manja Lasmi semakin keras setiap kali tubuh telanjangnya tergerinjal saat kusodok dasar liang kegadisannya, membuat kedua pahanya tersentak mengangkang semakin lebar, semakin mempermudah aku menikmati tubuh perawannya. Dengan gemas sekuat tenaga kuremas-remas kedua payudara Lasmi hingga tampak berbekas kemerah-merahan. Begitu kuatnya remasanku hingga cairan putih susu menitik keluar dari putingnya yang kecoklatan.
“Ahhhk..! Aaa.. aah! Aduu.. uhh! Sakit Mas..! Lasmi mau pipiiiiss..!”

Dengan maksud menggoda gadis itu, aku menghentikan sodokannya dan mencabut kejantanannya justru disaat Lasmi mulai orgasme.
“Mau pipis Las..?” tanyaku pura-pura kesal.
“Oohh… Mas… terusin dong..! Cuma ‘dikit, nggak pa-pa kok..!” rengek gadis itu manja.
“Kamu itu nggak boleh pipis sebelum Mas pipisin kamu, tahu..?” aku terus berpura-pura marah.
Tampak bibir Memek Lasmi yang gundul kini kemerah-merahan dan bergerak berdenyut.
“Enggak! Enggak kok! Lasmi enggak berani Mas..!”

Lasmi memeluk dan berusaha menarik tubuhku agar kembali menindih tubuhnya. Rasanya sebentar lagi gadis itu mau pipis untuk ketiga kalinya.
“Kalau sampai pipis lagi, Mas bakal marah, lho Las..?” kuremas kedua buah dada montok Lasmi.
“Engh… Enggak. Nggak berani.” Wajah gadis itu berkerut menahan pipis.
“Awas kalau berani..!” kukeraskan cengkeraman tangannya hingga payudara gadis itu seperti balon melotot dan cairan putih susu kembali menetes dari putingnya.

“Ahk! Aah..! Nggak berani, Mas..!”
Lasmi menggigit bibir menahan sakitnya remasan-remasanku yang bukannya dilepas malah semakin kuat dan cepat. Namun gadis itu segera merasakan ganjarannya saat Kontol ku kembali menghajar Memek nya. Tak ayal lagi, Lasmi kembali tergiur tanpa ampun begitu dasar liang Memek nya ditekan kuat.
“Ngh..! Ngh..! Nggghhh..! Ahk… Aaa… aahhh..! Mas… ampuuu… uun..!”
Tubuh montok gadis itu tergerinjal seiring pekikan manjanya.

Begitu cepatnya Lasmi mencapai puncak membuat aku semakin gemas menggeluti tubuh perawannya. Tanpa ampun kucengkeram kedua toket montok yang berdiri menantang di hadapanku dan meremasinya dengan kuat, meninggalkan bekas kemerahan di kulit toket Lasmi. Sementara genjotan demi genjotan Kontol ku menyodok Memek gadis itu yang hangat mencucup-cucup menggiurkan, bagai memohon semburan puncak.

Gadis itu sendiri sudah tak tahu lagi mana atas mana bawah, kenikmatan luar biasa tidak henti-hentinya memancar dari selangkangannya. Rasanya seperti ingin pipis tapi nikmat luar biasa membuat Lasmi tidak sadar memekik-mekik manja. Kedua pahanya yang sehari-hari biasanya disilangkan rapat-rapat, kini terkangkang lebar, sementara liang Memek nya tanpa dapat ditahan-tahan berdenyut mencucup Kontol ku yang begitu perkasa menggagahinya. Sekujur tubuh gadis itu basah bersimbah keringat.

“Hih! Rasain! Dibilang jangan pipis! Mau ngelawan ya..!” Gemas kucengkeram kedua buah toket Lasmi erat-erat sambil menghentakkan Kontol ku sejauh mungkin dalam Memek dangkal gadis itu.
Lasmi tergelinjang-gelinjang tidak berdaya tiap kali dasar Memek nya disodok. Pantat gadis itu yang terganjal bantal empuk berulangkali tersentak naik menahan nikmat.
“Oooh… Mas..! Ahk..! Ampun..! Ampun Maso..! Sudah..! Ampuuu.. unn..!” Lasmi merintih memohon ampun tidak sanggup lagi merasakan kegiuran yang tidak kunjung reda.

Begitu lama majikannya menggagahinya, seolah tidak akan pernah selesai. Tidak terasa air matanya kembali berlinang membasahi pipinya. Kedua tangan gadis itu menggapai-gapai tanpa daya, paha mulusnya tersentak terkangkang tiap kali Memek nya dijejali Kontol ku, nafasnya tersengal dan terputus-putus. Bagian dalam tubuhnya terasa ngilu disodok tanpa henti. Putus asa Lasmi merengek memohon ampun, majikannya bagai tak kenal lelah terus menggagahi kegadisannya. Bagi gadis itu seperti bertahun-tahun ia telah melayani majikannya dengan pasrah.

Menyadari kini Lasmi sedang terorgasme berkepanjangan, aku tarik paha Lasmi ke atas hingga menyentuh Toket nya dan merapatkannya. Akibatnya Memek gadis itu menjadi semakin sempit menjepit Kontol ku yang terus menghentak keluar masuk. Lasmi berusaha kembali mengangkang, namun dengan perkasa semakin kurapatkan kedua paha mulusnya. Mata Lasmi yang bulat terbeliak dan berputar-putar, sedangkan bibirnya merah merekah membentuk huruf ‘O’ tanpa ada suara yang keluar. Sensasi antara pedih dan nikmat yang luar biasa di selangkangannya kini semakin menjadi-jadi.

Aku semakin bersemangat menggenjotkan Kontol ku dalam hangatnya cengkeraman pangkal paha Lasmi, membuat gadis itu terpekik-pekik nikmat dengan tubuh terdorong menyentak ke atas tiap kali Memek nya disodok keras.
“Hih! Rasain! Rasain! Nih! Nih! Nihh..!” aku semakin geram merasakan Memek Lasmi yang begitu sempit dan dangkal seperti mencucup-cucup Kontol ku.
“Ahh..! Ampuuu…uun… ampun… Mas! Aduh… sakiit… ampuuu… un..!”

Begitu merasakan kenikmatan mulai memuncak, dengan gemas kuremas kedua payudara Lasmi yang kemerah-merahan berkilat bersimbah keringat dan cairan putih dari putingnya, menumpukan seluruh berat tubuhku pada tubuh gadis itu dengan kedua paha gadis itu terjepit di antara tubuh kami, membuat tubuh Lasmi melesak dalam empuknya ranjang.

Pekikan tertahan gadis itu, gelinjangan tubuhnya yang padat telanjang dan ‘peret’-nya Memek nya yang masih perawan membuatku semakin hebat menggeluti gadis itu.
“Aduh! Aduu… uuhh… sakit Mas! Aaah… aaamm… aaammpuuun… ampuuu… uun Mas..
Lasmi… pipiiii… iiis! Aaammm… puuun..!”
Dan akhirnya kuhujamkan Kontol ku sedalam-dalamnya memenuhi Memek Lasmi, membuat tubuh telanjang gadis itu terlonjak dalam tindihanku, namun tertahan oleh cengkeraman tanganku pada kedua buah dada Lasmi yang halus mulus.

Tanpa dapat kutahan, kusemburkan sperma dalam cucupan Memek Lasmi yang hangat menggiurkan sambil dengan sekuat tenaga meremas-remas kedua buah dada gadis itu, membuat Lasmi tergerinjal antara sakit dan nikmat.
“Ahk! Auh..! Aaa… aauuhh! Oh… ampuuu…uun Mas! Terus Mas..! Ampuuun! Amm… mmh..! Aaa… aaakh..!”

Dengan puas aku menjatuhkan tubuh di sisi tubuh Lasmi yang sintal, membuat gadis itu turut terguling ke samping, namun kemudian gadis itu memeluk tubuhku. Sambil terisak-isak bahagia, Lasmi memeluk tubuhku dan mengelus-elus punggungku.

Sambil mengatur nafas, aku berpikir untuk menaikkan gaji Lasmi beberapa kali lipat, agar gadis itu betah bekerja di sini, dan dapat melayaniku setiap saat. Dengan tubuh yang masih gemetar dan lemas, Lasmi perlahan turun dari ranjang dan mulai melompat-lompat di samping ranjang.
Keheranan aku bertanya, “Ngapain kamu, Las..?”
“Katanya… biar nggak hamil harus lompat.. lompat, Mas..” jawab gadis itu polos.
Aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya, melihat cairan kental meleleh dari pangkal paha gadis itu yang mulus tanpa sehelai rambut pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar